Kissing?

Sakuma Rei x Hakaze Kaoru.

Kiss someone written by @faudiaryza (Rein).

#FanfictionArchives; #WritingRaffle Result. #EnsembleStars © Happy Elements K.K, David Production.


“Apakah bisa aku melakukannya lagi, hari ini?

Langit malam, telah menampilkan cahaya rembulan diatas kepala sana. Tak terhitung berada pada detik ke berapa, sang lelaki itu menengadah kepala, menatap penampakan langit yang cukup menawan.

“Kaoru-kun,” ujar seseorang mulai membuyarkan lamunannya.

Mulai menoleh ke sumber suara, saling menatap membuat netra terfokus pada satu arah. Lantas, teralihkan oleh tangan yang mulai mengusap leher belakang, seraya mengambil posisi memiringkan kepala. “Sakuma-san?” sahutnya dengan suara pelan.

“Tentu saja, ini adalah wagahai. Kaoru-kun sekarang terlihat berbeda, apa telah terjadi sesuatu?” Mulai menghampiri, langkah kali mendekati sang pemilik surai blonde tersebut.

Dilihatnya wajah yang merasa tidak yakin untuk mengumbar, sejenak menoleh ke arah depan. Seraya berkata, “Tidak apa-apa, kalau Kaoru-kun masih belum bisa mengatakannya. Wagahai akan menunggu hari itu tiba.”

Pada akhirnya, Kaoru dibuat terdiam tanpa bisa mengucap sepatah katapun. Bahkan tak diduga saat ini, detak jantungnya mulai bekerja dengan cepat. Meski demikian, senyuman khas bersama seringaian tak lepas pada ekspresi wajah dengan panggilan Sakuma itu.

Memikirkannya saja, Kaoru perlu berpikir sekarang. Bagaimana bisa temannya itu mengatakan sesuatu seperti itu? Hal ini diluar kendali dirinya, tapi dibaliknya mungkin sedikit menginginkan hal itu.

Wajahnya langsung memerah tipis di sana, membuat pemuda marga Sakuma itu seketika sadar. Mungkin saja pesona miliknya bisa membuat sang pacar menjadi seperti ini. Timbullah suatu ide dalam otaknya, “Kaoru-kun, apa dirimu malu?” ujar pemuda itu.

Lekas menatap si Sakuma, mendelik tak percaya. “Ha-hah? Aku ... ma-malu kenapa?” Baiklah, seperti yang dilihat oleh Sakuma saat ini, ternyata lelaki yang ia panggil sebagai Kaoru itu, mulai terlihat kesal.

Tapi, dia hanya tertawa dengan suara khasnya. Mungkin saja menurut dia hal tersebut terlihat lucu. Menghela napas panjang kasar lalu berkata, “Ini tentang hal itu.”

“Eh?”


Suatu hari yang telah berlalu, teman yang bisa dibilang cukup dekat dengan dirinya. Mulai datang menghampiri sang lelaki yang berkutat terhadap barang bawaan miliknya.

“Oi, Hakaze!” sapa pemilik surai cokelat, sambil merangkul leher milik pemuda yang dipanggil Hakaze itu.

Melirik ke sumber suara berasal, dia mulai mengatur napasnya. “Morisawa-kun, kau mengagetkanku.” Namun, tak ada balasaan meminta maaf. Hanya terdengar suara tawa yang sangat khas oleh pemuda tersebut.

“Seperti biasa, kalian berisik sekali.”

Seseorang menyahut secara tiba-tiba, tanpa diduga dia juga merupakan teman yang cukup dekat dengan Hakaze. “Ahaha, itu bukanlah aku, Sena-kun~♪ Tetapi yang berisik itu, Morisawa-kun.”

“Hah?” Lelaki yang dia panggil Sena itu, menatap tidak percaya.

Tetapi, disaat itu pula, ketika tangan Hakaze mulai mengemasi barang bawaannya. Seketika dibuat bungkam dengan teriakan dalam hati, atas perkataan Morisawa.

“Apakah Sakuma pernah menciummu?” Ucapan tanpa dosa dilayangkan. Entah kenapa, Sena langsung turun tangan mencermahi. Tapi terlalu merepotkan, mengingat tiada seorang yang mendengar ataupun berada di ruangan kelas ini, selain mereka.

Pada akhirnya, hal itulah yang memenuhi pemikiran Hakaze. Meski Morisawa sendiri bilang tak perlu dipikirkan. Tidak bisa seperti itu, mengingat hubungan Hakaze dan Sakuma sedikit rumit?


Kaoru menjelaskan hal yang telah berlalu, dia malu sendiri mengatakannya. Bahkan, Sakuma disana tak percaya. Ternyata temannya Kaoru pun bisa berkata seperti itu. Pada akhirnya, mereka pun jadi berdiri dalam keheningan malam kala itu.

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, untuk terakhir kalinya. Malah semakin larut akan pemikiran, dari perkataan Morisawa itu. Dengan wajah sedikit memerah, keduanya tak mampu menatap satu sama lain.

“Gagal lagi berarti, ya?”

— Fin.