Sekadar Bertemu
Hidaka Hokuto × Hizafa Rein. #FaureYume; #HokuRein.
If only, his wish would be granted through that opportunity. written by @dreamereein (Faure).
#FanfictionArchives; #Yumeships. #EnsembleStars © Happy Elements K.K, David Production.
Itu telah terjadi beberapa bulan yang lalu. Di mana ia mendapati sebuah pemberitahuan kalau unitnya akan mengadakan penampilan kembali.
Latihan yang dilakukan terasa padat seiring berjalannya waktu, tak bisa dipungkiri kalau mereka perlu menampilkan sesuatu yang akan membuat orang terkagum berkat performa yang dilakukan.
“Huh~ aku ingin istirahat!” Berkat ucapan dari pemuda surai oranye, ia jadi bisa mengatur kembali pernapasan. Ia mengambil langkah menjeda kegiatan.
Sementara kedua temannya menyetujui hal tersebut. “Benar juga lebih baik istirahat terlebih dahulu.” Lelaki berkacamata itu mulai mengelap keringat yang membasahi pelipisnya.
Hingga suara lainnya mengalihkan perhatian mereka, “Ah, minumanku sepertinya habis. Aku ingin membelinya, ada yang ingin menitip sekalian?” tanyanya.
“Aku mau! Titip minuman dingin ya, Sally~“
“Ya. Bagaimana Hokuto sama Makoto, ingin titip juga?”
“Ah, tidak perlu. Air minumku masih ada, tetapi milik Yuuki sepertinya sudah habis.”
Menggaruk pipinya tidak gatal. “Sepertinya boleh juga, ah, aku mau membeli sesuatu juga. Isara-kun, aku ikut juga, ya.”
“Ya, tentu.”
Pada akhirnya mereka berdua pergi bersama. Menyisakan kedua orang disana. Lelaki yang dipanggil Hokuto tadi terlihat melamun. Tidak seperti biasanya.
“Hokke!”
Ia tersentak. Suara yang tidak asing menguar ketelinga miliknya. “Ada apa, Akehoshi?” tanyanya seperti biasa.
“Hmph, sedari tadi aku panggil dirimu melamun. Coba ceritakan padaku, apa yang kau pikirkan?”
Akehoshi menyadari bahwa gerak-gerik Hokuto tidak seperti apa yang biasa lihat. Sedikit suram, mungkin? Ah, tidak-tidak.
“Tidak ada.”
“Bohong sekali. Dari ekspresimu saja, aku melihat kalau ada yang tidak beres.”
“Bukan hal yang penting.”
“Aku tidak percaya.”
Hidaka Hokuto, itulah namanya. Mulai menghela napas panjang. Entah apa yang membuat teman satu unitnya, Trickstar. Bisa menjadi sepenasaran ini terhadap masalah dirinya.
“Urusannya dengan Klub Teater.”
“Lalu?” Baiklah, sekarang Akehoshi Subaru itu semakin penasaran. Bagaimana pun juga, sekarang Hokuto menjadi ketua dari klub tersebut.
“Akan ada pementasan dalam waktu dekat, jadi—”
“Kami kembali.”
Perkataan Hokuto terpotong. Mendapati kedua temannya yang telah kembali dari berbelanja. “Kalian hanya membeli minuman, terus mengapa jadi sebanyak ini?”
“Ah, itu karena kita belum makan. Kita sudah berada disini setelah kegiatan sekolah berakhir, jadi perlu mengisi tenaga lagi.”
Kalau dipikir kembali, mereka berlatih dan mengulangi gerakan tanpa melihat waktu. Selagi ada kesempatan untuk menjeda kegiatan, inilah waktu yang bagus untuk mengisi tenaga.
“Ya. Kalian semua terlalu bersemangat, sampai melupakan waktu makan,” sahut Yuuki Makoto, si pemuda bersurai kuning dengan kacamata bertengger dihidungnya.
“Hehe~”
“Kalau begitu, ayo makan!”
“Selamat makan.”
Suasananya entah mengapa menjadi canggung. Padahal, sewaktu tiba ia tak merasakan hal seperti ini. Isara Mao, telah dihujani pertanyaan oleh Subaru. Tentang Hokuto dan klubnya. Sesuai apa yang Subaru duga, Mao mengetahui kegiatan tersebut.
Mao melirik Hokuto sekilas. Entah mengapa ia menjadi tidak tenang sekarang. “Akehoshi-kun, tenanglah. Hidaka-kun pasti memiliki alasan tersendiri kenapa tidak memberitahukannya,” ucapnya mencoba menengahi pembicaraan.
“Tetapi, kalau tidak begitu ... Hokke akan terus menutupinya,” katanya.
“Hei, aku tak seperti itu.”
Mao mendapati perdebatan kembali. Ia mulai batuk pelan, berusaha mengarahkan atensi mereka menatap kepada dirinya.
“Baiklah, berhubung Hokuto juga sudah mengatakannya tadi dengan Subaru. Aku akan mengatakan sedikit saja. Klub Teater akan mengadakan penampilan, sehari sebelum Trickstar mengadakan penampilan. Peran Hokuto juga tidak begitu banyak, karena dia juga berada di kelas akhir seperti kita. Adik kelas kitalah yang nanti akan melakukannya, tetapi dia tetap berusaha untuk ikut tampil disana.”
Mendengar pernyataan tersebut membuat Makoto merasa khawatir. “Hidaka-kun, jangan terlalu memaksakan diri,” ujarnya.
“Hokke selalu saja begitu~!”
“Aku tidak memaksakan diri. Malah, yang sering kali memaksakan diri itu Isara.”
“Ehh? Kenapa jadi aku juga?” Isara entah mengapa tidak terima kalau ia ikut terlibat. Meskipun begitu ia memang terlibat banyak organisasi sekolah.
“Kalian berdua sama saja, sering kali memaksakan diri. Tolong ingat dengan kesehatan kalian, karena kita perlu tampil bersama sebagai Trickstar, bukan?”
“Ya, itu benar.”
“Sangat melelahkan~”
“Ya, hari ini cukup padat dari dugaan.”
Mereka saling bertukar pendapat satu sama lain. Hingga mereka mulai memutuskan untuk berpisah dan kembali ke dorm masing-masing.
Akan tetapi, sebelum Hokuto memutuskan kembali ia mengunjungi suatu toko. Dikala ia menghadapi hari-hari yang berat, makanan kesukaannya akan menjadi penyemangat.
Berhubung hari belum terlalu larut, walau begitu senja mulai tercipta dilangit. Menandakan bahwa gelap akan merampas semua cahayanya, kendati akan bertabur oleh bintang nanti.
Perasaannya yang terasa lega, setelah mendengarkan perkataan hangat teman satu unitnya. Entah mengapa membuat ia berjalan dengan senyum tercipta.
“Persediaan konpeito yang ada di dorm sebentar lagi habis, aku harus membeli beberapa.”
Benar makanan kesukaannya adalah konpeito. Ialah permen tradisional yang dahulunya diberikan oleh sang Nenek, ketika ia merasa sedih. Seiring pertumbuhannya menjadi remaja, ia semakin menyukainya.
Ditambah bentuk yang akan segera menarik perhatian, bentuk bintang dan berwarna-warni serta memiliki rasa manis. Terkadang hal itu, mengingatkannya pada masa lalu.
Setelah mendapatkannya, ia berpapasan tanpa bertukar sapa dengan seseorang yang memang asing terhadapnya. Tidak biasa.
Namun, berkat hal itu ia sedikit lega. Karena tiada yang mengenali dirinya yang memiliki karir sebagai Idola. Namun, kalau saja ia mengetahuinya itulah pertemuan yang menjadikan dirinya seperti di masa depan nanti.
Figur indah itu terlihat seperti orang yang telah dewasa. Ah, mungkin saja demikian, benar? Tinggi badan bukanlah menjadi salah satu alasannya. Mengingat orang itu tidak begitu tinggi. Seorang perempuan dengan rambut abu-abu yang tergerai.
Entah mengapa ia menjadi bisa mengingatnya. Padahal mereka, hanya sekadar bertemu sekilas. Belum tentu dikesempatan yang lain, akan kembali bertemu, benar?
Ya, belum tentu ada kesempatan.
To Be Continued.