Present.
Nanjo Koki × Reader. #StarMyu Fanfiction.
Day 9 of #SimpTember 2021.
Tangan tanpa sadar memberikan sesuatu, ingin menyangkal sebelum mulut mengatakan. Namun segalanya sudah tak bisa ia lakukan.
Mengatakan hal tersebut, ingin rasanya ia segera mengubur diri dalam-dalam. Rasa malu bahkan sudah banyak ia rasakan, tapi dikala saat ini terlalu banyak debaran tak sehat.
“Oh, [Name]. Hm~ untuk ku?”
Dengan kepala tertunduk, gadis dipanggil [Name] itu mengangguk kecil. Sungguh malu dirinya saat ini. Tidak bisa mengatakan sesuatu lebih banyak lagi.
“Kenapa kau malah menunduk? Memberi orang hadiah seharusnya menatap, bukan?”
Merasa ditusuk oleh pisau ilusi, tapi kenyataan memang benar. Sosok surai abu-abu dihadapan terkadang sering mengatakan kebenaran, namun ditanggapi hal lain semacam gurauan semata.
Menjadi misterius dalam benaknya, tidak memberikan kesempatan untuk bernapas dengan tenang setiap kali memikirkan dia.
“Ahh, maaf.”
Wajah sepertinya sudah memerah, namun senyuman semakin mengambang pada wajah dirinya. [Name] akhirnya mendongak menatap sosok dihadapan.
Seseorang yang bisa membuatnya tidak bisa tenang dalam beberapa hari kedepan, selalu sukses mengantarkan diri kepada kekesalan.
“Benar seperti itu, terima kasih.”
Mengherankan mengapa semudah ini? Biasanya berupa komentar menyakitkan, itu yang dikatakan oleh orang-orang ternyata menakut-nakuti.
“Oi, apa kau bilang tadi?”
Seseorang tidak diundang tiba-tiba saja datang. [Name] sendiri terdiam karena sosok yang langsung mendekati lelaki didepannya tadi.
“Hah, apa? Jangan bilang kau cemburu,”
Tidak asing tapi kenapa malah seperti ini? Menyentak kasar tangan yang tidak memegang hadiah dari [Name].
“Bukan tentang dia! Tapi tentang Tuhan-ku, apa ucapan mu tadi?”
“Aku tidak mengenalinya, lho.”
“Ck! Aku sungguh benci! Benci, benci, benci. Huh!”
Terdiam akibat bingung, [Name] setia menyaksikan adegan sebelumnya. Hanya terkekeh pelan, sosok dihadapan ini kembali tersenyum seraya mengendikan bahunya.
“Nanjo-san, sebenarnya apa yang tadi kalian bicarakan?”
Tertawa pelan, dalam pikiran Nanjo bagaimana bisa gadis sepertinya ternyata suka ikut campur urusan orang. Entah karena apa pandangan Nanjo sendiri menjadi berbeda.
“Ahaha, maaf. Aku tidak habis pikir denganmu, [Name]. Ternyata kau suka ikut campur urusan orang juga, tapi tidak masalah juga sih. Dia membenciku karena aku tidak mengenal Tuhan-nya yang dia maksud adalah Tsukigami Haruto.”
Terdiam seribu bahasa, kata-katanya selalu saja menusuk. Namun hal itu berakhir menjadi keterkejutan.
“Ti-tidak mengenali Tsukigami Haruto?”
“Oh? Sepertinya [Name] mengenalinya. Apa kau akan membenci ku juga?”
Mencoba menenangkan diri, namun tidak bisa. Bagaimana Nanjo yang ia sukai, ternyata ada banyak perkataan menusuk selalu dilontarkan? Sesekali berpikir kenapa ia melakukan hal ini.
“Ti-tidak! Kenapa aku harus membenci Nanjo-san hanya akibat hal seperti itu, huh?”
“Ah, aku paham. Jangan bilang kau memang menyukaiku makanya, tidak bisa membenci benar?”
Sialan. Mengapa akhirnya malah seperti ini? Sosok yang misterius bagi dia, sudah bisa menebak bagaimana perasaannya.
“Tidak apa-apa, kok. [Name] cukup menarik perhatianku, jadi aku juga suka [Name].”
Berharap bukan sebuah kebohongan. Karena dikatakan oleh beberapa orang, Nanjo adalah seseorang lelaki yang jarang sekali mengungkapkan, alias tak pernah sama sekali mengatakan suka secara terang-terangan.
“Aku tidak menyukaimu dalam urusan cinta, ya. Tapi, aku menyukaimu dalam urusan ikut campur. Dirimu orang yang benar-benar menarik,”
Lihat?! Bagaimana bisa dia mengetahui isi pikirannya? Berpikir bahwa Nanjo adalah cenayang. Tapi sepertinya tidak seperti itu. Mungkin saja ia sangat peka terhadap sesuatu, begitu.