Parent.
Yakumo Koizumi × Reader. #MeijiTokyoRenka Fanfiction.
Day 8 of #SimpTember 2021.
“Baiklah sekarang, aku akan menjadi orang tuamu, bagaimana?”
Tidak mempercayai hal tersebut, tangan sedari tadi masih mengelus puncak kepala sang anak perempuan dihadapan ia.
Anggukan kecil mengatakan bahwa ia setuju. Sebuah senyuman terlintas pada wajahnya. Sungguh ia sangat bahagia.
“Tapi mengapa, mau menjadi orang tua ku?”
Tidak habis pikir dengan sosok mungil dihadapan, bagaimana bisa anak sekecil dia mengatakan hal tersebut? Dalam pikiran Yakumo berpikir sedikit.
“Karena [Name]-chan mirip Jane,” tutur ia.
Entah mengetahui atau tidak anggukan kecil telah dilakukan oleh dirinya. “Siapa?” Menggemaskan itulah tanggapan bagi diri Yakumo.
“Sahabat masa kecil Ayah.”
[Name] dibuat tertegun sewaktu Yakumo sendiri bilang dirinya Ayah. Senyuman kecil memang tidak luntur, namun ia segera memeluk sosok yang kini telah menjadi Ayah barunya.
“Apakah bisa sahabat masa kecil Ayah menjadi Ibuku juga?”
Dibuat terdiam, tangan meraih bahu anak perempuan yang kini memeluknya. Tidak lagi menapak diatas permukaan tanah.
Yakumo menggendong ia, entah merasa kagum atau tidak. Senyuman merekah dikala itu, menyaksikan sesuatu yang sudah lama tak pernah ia rasakan.
“Tidak bisa, [Name]-chan.”
Tangan jahil mencubit pangkal hidung [Name]. Membuat dia mengerutu disana. Tentu tidak melupakan jawaban tadi.
“Memangnya kenapa?”
Tentu saja jikalau anak kecil sering bertanya. Mereka ingin mengetahui sesuatu yang telah diketahui orang lainnya. Terkadang tapi tak pasti, akan selalu ada anak kecil yang pandai mengatur suasana sekitarnya.
“Dia sudah tiada, dan dia juga sudah mulai tenang di alam sana.”
Pandangan sayu tidak lagi ceria, itu yang hanya bisa [Name] lihat. Dia merasa kaget, karena sudah mengingatkan sesuatu yang sepertinya tidak ingin diingat oleh Ayah barunya.
“Ayah kenapa sedih? Bukannya sekarang sudah ada [Name] disini ....”
Tangan mungil itu meraih wajah sang Ayah, mengelus wajahnya. Membuat Ayah barunya terdiam sesaat. Senyuman tipis terulas, tangan ternyata malah mengacak-acak surai milik dia.
“Terima kasih sudah mau menerima Ayah.”