Musim.
Original Fiction.
Perhaps, the seasons also disagree.
“Akhir-akhir ini, kalian merasa aneh sama musimnya, tidak?” tanya seorang gadis yang tak jauh dari tempat itu.
Meski hanya melirik sekilas saja, terdapat lelaki di sampingnya hanya menjawab apa adanya, “Musim tidak akan setuju, kalau kau berkata seperti itu.”
Merengut kesal, bagaimana lelaki ini bisa mengatakan hal seperti itu? Mendecak kesal, seolah-olah telah terjadi kerusuhan sejenak antara dua insan ini.
Namun semua itu lenyap, ketika terdengar sahutan, “Benar juga. Aku aneh sama musimnya sekarang, tidak menentu.”
“Uh ... Kalian masih di sini?”
Menoleh ke asal suara, terdapat sambutan dari orang yang tak begitu asing bagi mereka. “Hai, hai! Aku tidak bisa pulang,” ujar sang gadis.
“Dia hanya menunggu jemputan, jangan percaya. Lalu, kau juga masih di sini, ada sesuatu yang ketinggalan?” tanya lelaki disamping gadis tersebut, yang kini mendelik kesal kepadanya.
Mengusap leher belakangnya, kemudian berkata, “A-ah itu ... Iya, juga!” Dengan terburu-buru, sosok yang baru saja tiba itu segera mengambil sesuatu yang tertinggal.
“Omong-omong, Cile. Pernah merasa musim kali ini aneh, tidak?”
“Hm, ternyata bukan aku sendiri, ya?”
“Hah, ya ampun. Kalian berisik sekali.”