Library.

Aoba Tsumugi × Reader. Day 12 of #SimpTember 2021.

written by @faudiaryza (Rein).

#FanfictionArchives. #EnsembleStars © Happy Elements K.K, David Production.


Derap kaki yang berjalan dalam sunyinya malam, menimbulkan kesan seram. Gadis yang seharusnya pulang saat ini malah berdiam diri, sewaktu melihat penampakan dan itu membuat ia semakin merinding disaat yang bersamaan.

Baru saja meletakan sebuah buku pada rak, tiba-tiba saja lampu ruangan tersebut mati. Berlokasi didalam perpustakaan, malah menambah kesan seram. Benar, ini adalah waktu sebelumnya.

Walau lampu diluar masih memperlihatkan cahayanya, tapi tetap saja sudah termasuk dalam kategori menyeramkan. Bayangan-bayangan terlihat jelas, sewaktu suara mulai terasa mendekati sosok dia.

[Full Name] adalah namanya, seorang gadis yang sering pulang larut. Nyatanya ia lupa mengembalikan buku yang dipinjamnya di perpustakaan. Sudah memakan waktu satu jam untuk mengelilingi perpustakaan.

Mencari yang sesuai untuk label yang menunjukan kategori apa, buku tadi yang telah dikembalikan pada raknya. Tiba-tiba ada sebuah lampu dari balik raknya, menampilkan sosok lelaki. Namun sebelum memperlihatkan diri, [Name] memasang ancang-ancang.

(Gambar 1)

“Uwah!”

[Name] terduduk dilantai perpustakaan, begitu mengetahui ternyata masih ada seseorang di tempat ini. Dengan surai yang lebih gelap ketimbang pakaian yang dikenakan. Lampu telah menyorot ke arah [Name] disana.

“Ahh, apa dirimu baik-baik saja?”

Mendekati sosok [Name], akibat kaget napasnya pun jadi tak stabil. Bahkan detak jantungnya berdetak lebih cepat. Mengatur napas sebelum akhirnya bernapas lebih normal. Netra milik nya melihat tangan terulur.

Tampak jelas bila sosok tersebut mengkhawatirkan dirinya. Barang kali ada sesuatu yang terjadi sewaktu tak sedang seimbang tadinya. Tangan milik [Name] menerima sambutan tersebut. Anggukan kecil sebagai jawaban.

Ia masih larut dalam lamunannya. Tidak habis pikir dengan apa yang sudah dilihat, padahal cukup menyeram baginya yang tak suka dengan kegelapan. “Syukurlah kalau seperti itu, lalu mengapa dirimu berada di perpustakaan selarut ini?”

“Ha-hanya mengembalikan buku,” balas [Name] dengan nada bergetar. Wajar saja masih sedikit syok sebab, kejadian ini tak pernah terjadi di perpustakaan. Tapi, kalau rumahnya sendiri sudah menjadi sesuatu, seperti kebiasaan.

Sambil tersenyum kecil, memahami apa maksud perkataan [Name]. “Apakah boleh kubantu, agar cepat selesai?” Langsung kepala ia gelengkan, mencoba menolak tawaran tersebut.

[Name] tidak ingin merepotkan orang lain, jika sudah menyangkut tanggung jawabnya. “Tidak masalah, kok. Ayo berikan buku ditangan mu satunya lagi, ” tuturnya melembut.

Mau tak mau [Name] meng-iya-kan tawaran tersebut. Sebagai tipe gadis yang tidak bisa menolak, kerap sering kali melakukan apapun permintaan yang dia terima. “Baiklah, mm ... siapa?”

“Ugh, maaf sudah tidak sopan. Perkenalkan namaku Aoba Tsumugi, kalau dirimu?”

Tangan Tsumugi menerima buku yang [Name] berikan. Menggelengkan pelan kepalanya, [Name] mulai memperkenalkan diri, “Salam kenal, Tsumugi-san. Perkenalkan namaku [Full Name], panggil saja [Name]. Terima kasih untuk bantuannya.”

“Eh?! [Name]-chan?”

Memiringkan kepala tidak mengerti mengapa tiba-tiba Tsumugi menyeru kaget, masih terdiam dalam pemikiran. Ia sering dicap pelupa oleh angkatannya sendiri. Tidak diingatkan, terkadang ia melupakan pekerjaannya.

“Iya, ini aku. Apakah kita pernah bertemu?”

Mencoba mempertanyakan hal ini, dalam lamunan ia. Tapi sepertinya ada yang dilupakan oleh kedua insan berbeda gender disini. Jari-jemari bermain-main disana, pipi menjadi taruhan tuk digaruk walau tak gatal.

“Um, jika aku tidak salah ingat. Siang minggu lalu kita pernah betemu,” jelasnya ternyata juga ikut lupa bahkan tadi kedua manusia itu, bertanya masing-masing pemilik nama juga.

Mencoba mengingat kembali suatu siang minggu lalu, berpikir ingatan [Name] cukup buruk. Tsumugi mengatakan sesuatu sebagai tambahan, “Kita pernah bertemu di sini. Hari itu aku memberikan buku ini, benar?”

Merasa tidak enak, gadis itu masih berkutat dengan pemikirannya. Sesuatu yang terlupakan dan kembali terputar kembali. Siang itu, di mana minggu lalu tepatnya. Ia meminjam buku-buku dari perpustakaan yang sekarang ia pijaki. Berkata sesuai kenyataan dia memang cukup telat mengembalikan buku pinjaman.

(Gambar 2)

“Apakah ini barang yang dirimu cari?”

Keduanya berada di tempat yang sama, tapi nyatanya melupakan hal tersebut bersama. Dikala itu dengan pakaian berbeda, Tsumugi memberikan sebuah buku, beserta label peminjaman kepada [Name].

Akibat terkejar oleh waktu, setelah berpamitan meninggalkan nama masing-masing sebagai perkenalan. Barang kali bisa kembali bertemu, [Name] terburu-buru meninggalkan sosoknya dihari pertama kali mereka ketemu.

Tertawa pelan, ia bahkan melupakan hal itu ternyata. Tsumugi sedari tadi melempar senyum tipis sewaktu melihat [Name] tertawa, setelah mengingat kejadian siang minggu lalu.

“[Name]-chan ternyata melupakan hal itu juga ya,” kata Tsumugi dan hanya dibalas anggukan kecil.

Berada diatas meja, senter yang dibawa Tsumugi mengarah kepada dirinya. Dengan dua buku pada kedua tangannya malah menjadi kesan horor, dan pasti saja karena ini sudah masuk larut malam!

(Gambar 3)

Dengan tatapan iris emasnya sedikit kusam pada malam itu, berasa kata-kata tak lagi bisa terucapkan pada bibir ranumnya. Setelah Tsumugi berkata setelahnya, ia meletakan buku diatas meja.

“Ini tidaklah begitu sulit menemukan raknya, apa [Name]-chan ingin mengetahui letak rak buku ini, bersama ku?”