Kenangan Masa Lalu.
Original Fiction. Day 12 of #OCstober2022.
Engraved in the soul, not necessarily remembered in the heart.
Bagaimana kalau dirimu bisa kembali ke masa lalu? Apakah ada kemungkinan baru untuk dirimu, mengubah masa lalu?
Kisah seorang wanita, yang baru saja menyadari bahwa adanya keadaan disekitar kelihatan aneh. Sedikit lebih terlihat pepohonan. Ah! Jangan bilang ....
Suasana yang tidak asing menyeruak masuk kedalam diri. Tak mampu dengan semua ini, lamunan pun membuyar secara sadar.
Kewaspadaannya menurun. Ia tidak bisa kembali, seolah dunia ini menghadirkan dirinya dalam wujud lain. Tidak mengapa, seseorang dihadapannya itu cukup mirip dengan satu orang.
Dia menyentuh ujung pakaian yang dikenakan sang wanita. Meski hanya sekadar menoleh sejenak. Ia telah menyadari sesuatu. Untuk sekian ini, kehangatkan akan memeluk tubuh ini.
Seperti, rasa bebas tanpa gangguan apapun. Mengambil posisi yang bagus untuk menatap seorang anak kecil yang menarik pakaiannya.
“Eh, seorang anak kecil?” gumamnya pelan, mengambil posisi untuk menunduk menyeimbangkan tinggi dengan seorang anak dihadapannya.
“Aku bukan anak kecil lagi, tetapi siapa Kakak?”
Suara manis, ah, tidak. Suara lucu nan menggemaskan itu keluar dari mulut anak tersebut. Ialah anak perempuan, yang kini memperhatikan dirinya.
Lantas diri tergagap. “Ah, itu ...,” ucapannya terjeda sekaligus terpotong oleh seseorang yang menyahuti.
“Rein, ada apa?”
“Oh, Ayah sudah pulang? Aku disini, bersama Kakak yang sangat cantik.”
“Seorang kakak cantik?” Suara tersebut menyahut. Langkah kaki pun menjadi terdengar.
Dengan berbisik perempuan itu mengatakan, “Em, itu tidaklah benar. Menurutku, kamu yang lebih cantik.”
“Wah, terima kasih atas pujiannya.”
Malu. Anak perempuan itu menunduk malu. Ia senang dipuji seperti itu, terkadang ia menginginkannya beberapa hari lalu.
“Oh, selamat siang—”
Perkataan itu berhenti. Entah mengapa, keduanya terlihat kaget. Dalam pandangan wanita itu, ada apa? Mengapa mereka kaget? Ah, tak disangka olehnya. Ia sungguh menangis.
Tidak mengerti apa yang terjadi sekarang, ia seolah melihat masa kecilnya dahulu. Bersama sosok Ayah yang sudah lama bersamanya selama di negara itu.
Ia rindu, tetapi ia lebih rindu dengan keluarganya berkumpul. Kala itu, ia; anak perempuan tersebut masih bisa bercanda ria karena kedatangan wanita dari masa depan di depan rumahnya, yang tak lain adalah dirinya dikemudian hari.
Sulit mengatakan kalau ia harus melewati ini semua. Sampai gerakan tangan terulur mengusap sudut matanya. Ah? Tunggu, dia masih berada di lokasi itu dengan sosok di masa kecilnya.
“Kakak tidak apa-apa?”
“Ah, maaf ya, sudah membuat dirimu terkejut.”
Sejujurnya mungkin si Ayah akan merasa heran. Bawasannya, Rein; anak perempuan kecil itu mengutarakan kalimat dengan Bahasa Jepang dan bukanlah Bahasa Indonesia.
Memikirkannya saja, mungkin ia mengira kalau wanita ini mengerti Bahasa Jepang. Namun, sedikit tidak begitu asing bagi dirinya sendiri.
“Hum~ wajar saja Kak Rein menangis. Kakak 'kan akhirnya bisa bertemu dengan Ayah lagi, di masa lalu.”
Astaga, Rein benar-benar tidak percaya. Ya, dia wanita itu tidak percaya kalau anak perempuan tersebut mengetahuinya adalah dia; anak kecil itu di masa depan.
“Baiklah, rupanya seperti itu. Aku bisa mengerti, dan jagalah dirimu baik-baik dengan Rain, anakku.”
Meski mulai terdengar samar-samar. Tak kuasa, tangisan kembali hadir. Sungguh, Rein tak mampu menahannya. Padahal, biasa ia bisa melakukan hal itu. Tetapi, sekarang gagal. Ia telah menangisi semua itu.
Sampai akhirnya , suara yang asing menyadarkan dia. “Hizafa Rein, tolong bangun, ya?” Netra hijau milik Rein melihatnya samar-samar, “Siapa?” ujarnya pelan.
“Seseorang yang membawamu kemari.”