Kejutan Ulang Tahun.

Toraishi Izumi × Hizamara Fauraza. #FaureYume; #IzuRaza.

Is it necessary to switch to another? written by @gemini_integra (Ayudia/Akari).

#FanfictionArchives; #Yumeships. #StarMyu © C-Station, NBCUniversal Entertainment Japan.


“Huh!” Fauraza berjalan kesal ke arah asrama, entah kenapa yang terjadi tadi membuat dirinya kesal.


Fauraza berjalan santai di kota dengan senyum bahagia yang merekah diwajahnya. Tentu, besok adalah hari yang sangat spesial untuknya, dan Fauraza beharap akan ada hal spesial yang menantinya.

Ditengah keramaian Fauraza melihat seseorang yang sangat familiar baginya. Itu adalah seorang lelaki bersurai hitam dengan warna merah dibeberapa bagian. Ia rupanya berjalan dengan wanita cantik bersurai coklat. Akibat, rasa penasaran Fauraza pun mengikuti mereka berdua.

Toraishi Izumi merupakan lelaki yang diikuti oleh Fauraza, kini berjalan ke arah toko aksesoris. Fauraza mengintip dari luar, dilihatnya bahwa Izumi sedang memilihkan beberapa aksesoris bersama gadis bersurai coklat itu.

Sesekali mereka tertawa bersama. Izumi memakaikan kalung pada gadis itu. Kemudian membelai lembut pipinya, Izumi mendekatkan wajahnya pada sang gadis kemudian ....

'Brak!'

Fauraza tanpa sengaja menjatuhkan vas bunga yang ada disana hingga pecah dan membuat sang pemilik toko tergesa gesa melihat keluar.

“Bagaimana ini?! Vas ini mahal!”

“Maafkan saya tuan, saya akan menggantinya.” Fauraza membungkukkan badannya, kemudian memberikan sedikit uang kepada sang pemilik. Bersyukur saat itu ia membawa uang lebih, kalau tidak malah lebih sial dirinya.

“Lain kali kalau jalan hati hati, mata dipakai buat melihat!” Fauraza hanya menanggapinya dengan tersenyum.

'Mata memang dipakai buat melihat, bukan untuk berjalan.' dalam hati Fauraza merutuki sang penjaga toko, sebisa mungkin menahan kesal. Lagi pula memang kesalahan dia juga.

Fauraza menoleh sekilas, rupanya Izumi terusik dan ternyata melihat Fauraza. Meski akhirnya tatapan mereka sempat bertemu, langsung saja Fauraza membungkukkan badan sekali lagi pada sang pemilik toko, dan bergegas untuk pergi.

'Ah, menyebalkan! Kenapa sih, harus ketahuan?'


Fauraza masuk ke kamar dengan kesal. Dia merebahkan dirinya ke kasur dengan kasar kemudian mengeluarkan headphone dan mengerasakan volume-nya. Tidak memperdulikan apa yang akan terjadi nantinya.

Setidaknya, musik bisa sedikit mengurangi rasa kesalnya untuk saat ini. Akari yang sedang membaca buku di meja belajar miliknya, mengernyit heran saat melihat tingkah Fauraza yang berbeda dari biasanya.

'Pasti sedang ada masalah.' Dengan cepat Akari menggeleng pelan, menyangkal pikirannya dan ingin bertanya langsung pada Fauraza, namun dia urungkan. Dia mengetahui kalau sepertinya saat ini Fauraza butuh watu untuk menenangkan diri.

Akari kembali fokus pada buku yang tadi ia baca. Tanpa sengaja Akari menatap kalender didepannya, netra akari membulat.

'Ini kan!' Akari menyunggingkan senyum tipis, seketika dia menoleh pada Fauraza yang masih tidak berkutik. Sepertinya dia tertidur? Baiklah, akan ku lakukan.'


Fauraza terbangun dari tidurnya, dia ketiduran. Namun,headphone-nya sudah tidak ada. Fauraza melihat jam, tak terasa sudah menjelang senja. Netranya melihat ke sekeliling dia mencari-cari keberadaan Akari namun tidak ada. Berpikiran, tidak biasanya Akari keluar dijam seperti ini.

“Mungkin dia sedang ada urusan ....”

Fauraza merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, kemudian berjalan ke arah jendela.

Fauraza menatap matahari yang mulai tenggelam dengan tatapan sendu. Pikirannya kembali melayang ketika ia mengingat kejadian tadi pagi.

'Apakah dia juga tidak ingat? Ah, sudahlah! Lagipula, aku juga harus membayar perbuatannya.' Fauraza tersenyum miring. Ia sepertinya terpikirkan suatu ide untuk membalas Izumi nanti.


“Jadi?” Suara itu berasal dari Tengenji. Kini, mereka semua berkumpul disebuah taman. Akari, Ayane, bersama anggota Tim Hiiragi dan Tim Ootori sedang berunding mengenai kejutan yang akan mereka berikan untuk Fauraza, pada hari ulang tahunnya. Benar saja, besok adalah hari ulang tahun Fauraza. Mereka berencana untuk membuat kejutan yang sangat spesial untuk gadis itu.

“Aku ingin memberinya kejutan yang spesial, yang membuatnya tidak akan melupakan hari ini,” ucap Akari lembut. Izumi tersenyum pahit.

“Sebenarnya, aku sudah membeli cincin ini untuknya ..., tapi sepertinya akan sulit untuk menemuinya.” Reaksi Izumi sedikit berbeda dari biasa. Akari mengerti, tingkah aneh Fauraza tadi pasti ada hubungannya dengan Izumi.

“Kamu habis bertengkar dengan Fauraza-chan? Dia terlihat sangat marah tadi,” tanya Akari, memastikan apakah perkiraannya benar atau salah. Izumi menggaruk lehernya yang tidak gatal. Yang benar saja!

Izumi menatap semua temannya, yang kini menatapnya sedikit mengintimidasi. Sungguh, Izumi merasa seperti tersangka dalam sebuah kasus. Izumi menghela napasnya pelan.

“Jadi, sebenarnya tadi pagi ...,”


Izumi kini berada di depan taman, ia sedang menunggu seseorang. “Toraishi-kun!” Seorang gadis bersurai coklat panjang berlari mendekati Izumi dengan melambaikan tangannya.

“Hai, teman lama!” Izumi tersenyum. Gadis itu, melihat penampilan pria dihadapannya kemudian tersenyum meremehkan.

“Kau tidak jauh berbeda dari dulu ya, Tora. Apakah kau masih suka bergonta ganti pacar? Tetapi, kau masih takut pada ibumu,” ucap gadis itu sedikit menggodanya, Izumi langsung membuang muka.

“Terserah! Aku memanggilmu kesini untuk menemaniku berbelanja aksesoris. Kau adalah ahlinya, bukan?” Gadis itu tersenyum.

“Wah~ untuk pacarmu lagi? Sudah berapa hari?” Izumi menatap tajam gadis didepannya. Dari dulu, gadis ini memang tidak pernah menyaring perkataannya saat berbicara, “Dia bukan wanita sembarangan, asal kau tahu. Kali ini aku ingin serius dengannya.

Dia tertawa puas. “Toraishi Izumi yang aku kenal, sudah besar ternyata.”

Saat berbelanja disebuah toko, Izumi dan gadis itu memilih milih perhiasan yang kira kira cocok untuk Fauraza, sesekali mereka bercanda dan tertawa. Izumi memasangkan kalung dileher gadis cantik tersebut, tuk melihat apakah nanti akan cocok, jika dipakai untuk Fauraza nantinya.

“Ekspresi saat kau memakaikan kalung ini pada kekasihmu nanti, coba belai pipinya dengan lembut,” instruksi dari wanita itu. Izumi menggerakkan tangannya untuk membelai pipi gadis dihadapannya.

“Seperti ini?” tanya Izumi, gadis itu tersenyum, jujur saja ia segera memperagakan. Hanya saja, secara tiba-tiba mata gadis itu terkena debu, “Ah, mataku kemasukan debu.”

“Biar kutiup.” Izumi mendekatkan wajahnya pada gadis itu untuk meniup matanya yang kemasukan debu, tetapi kala itu pula ia mendengar suara benda jatuh dari luar dan dia melihatnya. Terlihat Fauraza yang sedang berbicara dengan sang pemilik toko.

'Apa yang dilakukan Fauraza-chan disini?' Mata Izumi dan Fauraza bertemu. Tapi, gadis itu malah menatapnya dengan tatapan tajam, dan berakhir dia pergi.

'Astaga, ayolah! Jangan bilang dia mengikutiku dan salah paham dengan kejadian tadi ...,

“Tora, ada apa?”

“Gadis itu tadi ..., argh. Kurasa, aku akan sulit untuk menemuinya.”


Shu menjitak kepala Izumi keras hingga Izumi mundur kebelakang beberapa langkah. Tunggu ini sedikit déjà vu.

“Hoi!” Izumi menatap tajam Shu, selaku orang yang telah membuat dahinya berdenyut.

“Itu balasan untukmu,” cakap Shu tenang. Kaito hanya geleng-geleng kepala melihatnya. “Aku cukup mengenal Fauraza, aku yakin dia tidak akan tinggal diam dengan apa yang telah dilihatnya. Jadi, mungkin saja dia akan membalas perbuatan mu, Toraishi.”

Izumi begidik ngeri saat dia mulai membayangkannya.

“Astaga, bisakah kalian hentikan pertikaian tidak penting kalian?!” tegur Ayane membuat semua orang yang ada disana menoleh padanya.

“Aku menemukan ide, hadiah yang akan kita berikan pada Fauraza-chan.” Ayane tersenyum, ia menatap Izumi dengan tatapan yang tak dapat diartikan, “Kau akan berperan penting dalam misi kali ini Toraishi-san.” Izumi tidak bisa mencerna apa yang akan dilakukan oleh Ayane saat ini. Berharap saja kalau bukan hal macam-macam.


Fauraza baru saja selesai mandi, hari sudah hampir malam. Cuma di kamarnya masih terasa cukup sepi. Dia merebahkan dirinya di atas kasur dengan bermain ponsel miliknya. Disana tertera tanggal yang menunjukkan bahwa besok ia berulang tahun.

'Agak sedih sebenarnya.' Fauraza mengecek aplikasi chat miliknya, melihat ucapan selamat ulang tahun dari teman temannya tahun lalu.

“Selamat ulang tahun, Fauraza! Semoga kamu menemukan masa depan yang indah untukmu.” Salah satu chat dari teman masa lalu Fauraza membuatnya sedikit tersenyum.

“Selamat ulang tahun ya, Fauraza-chan, aku mendoakan yang terbaik untukmu.” Ucapan teman-temannya waktu itu, juga terus terngiang di telinga Fauraza.

“Tahun depan, aku akan memberikan hadiah yang sangat spesial Fauraza-chan, pasti!” Ucapan Izumi waktu itu juga terngiang ngiang dikepalanya, Fauraza tersenyum. “Dasar, menyebalkan.”

Fauraza mendengar suara ketukan pintu, ia menoleh dan mendapati Akari yang masuk ke kamar diikuti Ayane di belakangnya.

“Fauraza-chan, konbawa~” sapa Akari ramah, diikuti Ayane tersenyum pada Fauraza. “Kalian dari mana?” tanya Fauraza, sejujurnya ia penasaran, mengapa kedua temannya ini bisa pulang sampai larut malam.

“Kami dari kafe, maaf karena tidak mengajakmu tadi. Melihat kamu tertidur, aku jadi tidak tega untuk membangunkan,” ucap Akari dengan ekspresi bersalah, Fauraza mengambil napas panjang, kemudian mengulas senyum.

“Tidak masalah, santai saja!” Ayane mendekati Fauraza dengan air muka khawatir, itu membuat Fauraza sedikit bingung.

“Fauraza-chan, ada yang ingin kuberitahukan kepadamu,” ucap Ayane, tetapi Akari segera memegang lengan Ayane, dan merubah raut wajahnya menjadi khawatir. “Kau tidak akan memberitahu Fauraza-chan tentang hal ini kan, Ayane-chan?”

Melihat interaksi mereka yang demikian, semakin membuat dia bingung. “Sudah kewajiban kita untuk memberitahunya, Akari-chan. Aku tidak akan membiarkan hati Fauraza-chan dipermainkan!” ucap Ayane tegas. Dipermainkan, apa maksudnya?

“Hei. Apa maksud kalian? Aku tidak mengerti.”

“Toraishi ..., dia ....” Ayane menggantung ucapannya, hal ini membuat Fauraza gemas karena penasaran.

“Ada apa Ayane? Izumi kenapa?” Ayane menghembuskan nafasnya pelan, “Toraishi ..., dia akan bertunangan.”

“Oh?”


“Aku pulang dulu ya, Akari, Fauraza.” Ayane berpamitan pada Akari dan Fauraza. Akari mengangguk sambil tersenyum.

“Kamu harus kuat! Kami, disini ada buat dukung kamu,” ucap Ayane menyemangati Fauraza, Fauraza tersenyum tipis dan mengangguk.

“Giliranmu.” Akari mengangguk paham. Ayane membalikkan badan kemudian melambaikan tangannya.

Fauraza menatap punggung Ayane, hatinya sedikit hancur. Sebetulnya, ia sedikit senang juga. Hanya saja, bukan hal ini yang dia inginkan saat hari ulang tahunnya. Akari menggenggam tangan Fauraza kemudian membawanya masuk kedalam.

“Fauraza-chan,” Akari memanggil Fauraza pelan. Fauraza hanya menundukkan kepalanya ia bahkan tidak menatap Akari. Sungguh melihat sahabatnya seperti itu meski Akari tidak tega, namun ini adalah rencana mereka semua maka dari itu, ia perlu harus bisa melawan perasaannya sendiri.

“Tidak apa-apa, mungkin semua ini adalah jalan yang dipilihkan Tuhan untukmu,” ucap Akari lembut, Fauraza tetap menunduk. Akari memeluk Fauraza, gadis itu menangis dalam diam.

Seolah, baru sekarang ini Akari bisa tahu Fauraza adalah seseorang yang bisa rapuh kapanpun, bagaimanapun dia tetaplah seorang wanita, sungguh Akari merasa sudah keterlaluan memainkan perasaan Fauraza.

“Menangislah, tidak perlu ditahan, keluarkan semua yang mengganjal dihatimu.” Akari mengusap lembut punggung Fauraza.

“Akari,” Fauraza memang sedih. Tapi, ia bingung sekali, untuk sekarang harus menangis seperti apa. Menangis terharu atau menangis kecewa? “Kami semua ada disini bersamamu Fauraza-chan, kamu tidak sendiri.”

'Maafkan aku, Fauraza-chan.'


Izumi berdiri didepan cermin, ia melihat penampilannya sendiri yang memakai jas berwarna hitam dan rapi dengan rambut yang ditata. Sehingga, ia jauh berbeda dari penampilannya sebelumnya. Wanita dibelakangnya cukup puas ketika melihatnya, “Sangat memuaskan!”

Gadis itu mengacungkan kedua jari jempol, Izumi hanya memalingkan wajah. Ia tidak yakin dengan rencana ini, dan takut melukai perasaan Fauraza. Bagaimana kalau rencananya malah gagal, dan Fauraza membencinya? Ah, ini cukup membuatnya pusing saja.

“Hei tenanglah, percayakan saja pada teman temanmu.” Izumi menghembuskan nafasnya pelan.

“Ya, hanya itu yang bisa kulakukan, terima kasih Mio-chan.” Gadis yang dipanggil Mio itu tersenyum dan mengangguk.


Fauraza duduk diranjang ditemani Akari disampingnya. “Um, Akari. Apakah diriku, akan baik-baik saja dengan ini?” Dia menganggukinya, seraya mengingat kejadian tadi malam.

“Huh, apa? Kau yakin tidak berbohong kepadaku.” Sejujurnya ia tidak percaya, tetapi ketika ia diberikan bukti undangan oleh Ayane, sedetik kemudian dia terdiam. Meneliti jelas, kalau tidak ada nama Izumi disana.

Rupanya, acara tersebut malah tepat pada hari ulang tahunnya. Kejadian yang tidak sedikit memberikannya restu, malah memberikan banyak ujian. “Izumi mengharapkanmu datang,” ucap Ayane.

“Tetapi, terserah padamu juga, apakah dirimu ingin datang atau tidak.” Menahan dan menahan, ia menggumamkan sesuatu, “Bakazumi,* kenapa dia tidak memberitahuku apapun ...?” Rupanya didengar oleh Akari.*


“Semua sudah siap?” tanya Yuta. Hari ini adalah hari pertunangan Izumi, rencananya memang bohongan. Sekaligus merupakan ulang tahun Fauraza. Waktu saat ini, sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan acara akan di mulai pukul delapan nanti.

“Kau cukup tampan untuk ukuran orang biasa,” ucap Tengenji, Izumi tidak menjawab.

“Lihatlah, banyak sekali wanita yang melihatmu. Apakah sebaiknya kau menikah dengan salah satu dari mereka saja?” ucap Shu, membuat Izumi menatap dia tajam.

“Halo kalian!” Ayane tiba tiba datang.

“Apa Akari dan Fauraza sudah datang?” tanya Ayane, semua menggeleng. “Aku bahkan tidak yakin Fauraza-chan ingin datang,” ucap Izumi pelan.

“Tenanglah, aku percaya pada Akari-chan.”

“Kau siap Fauraza-chan?” ucap Akari lembut. Segera, Akari dan Fauraza masuk kedalam mobil.

“Kamu yakin dengan keputusan ini, Fauraza-chan?” tanya Akari, Fauraza mengangguk.

“Tentu saja, untuk apa aku terpuruk selamanya?” Akari tersenyum dan mengangguk.

Saat itu, ponsel Akari berbunyi, ia mendapati nama Tatsumi Rui di sana. Akari segera mengangkatnya “Ya, Rui-kun?” Akari memulai, suara Rui terdengar dari sana, Akari tersenyum kemudian mengangguk. “Aku akan segera sampai, um, ya, akan kuusahakan.” Fauraza memandang Akari, “Ada apa?” Akari hanya tersenyum, “Tidak apa-apa.”

Mereka kini telah sampai di sebuah gedung, gedung itu cukup megah. Banyak sekali orang yang berdatangan dan mereka semua berpakaian sangat elegan. Kaki Fauraza sangat sulit digerakkan seakan menolak untuk masuk, Akari yang mengetahui raut khawatir Fauraza menggandeng tangannya, dan membawa Fauraza masuk kedalam.

Terdapat banyak orang disambut oleh Rui dan Shu, Akari mendekati Rui dan tersenyum manis dihadapannya begitupula Rui. Ah, sedikit melupakan fakta, kalau keduanya adalah sepasang kekasih. Fauraza hanya tersenyum pada yang lain. “Tidak perlu dipikirkan,” ucap Shu disana.

Fauraza melihat seorang gadis yang terlihat cukup cantik. Astaga, apakah sekarang ia merasa iri dengannya? Fauraza menggelengkan kepalanya. Tentu saja, Izumi lebih memilih gadis tersebut daripada dirinya, dia jauh lebih cantik daripada Fauraza. Fauraza juga melihat Izumi disana.

“Hai Izumi,” sapa Fauraza, Izumi menoleh, dia semula terkejut namun kembali seperti biasa. “Hai Fauraza-chan,” sapa Izumi balik. Fauraza tidak begitu heran, namun suasana canggung ini cukup memusingkan dirinya.

“Selamat ya, tidak kusangka kau telah bertunangan. Lalu, kenapa tidak memberitahuku? Aku kan bisa ikut merayakan atau mungkin memberikan hadiah.”

“Ah, maaf. Sebenarnya aku ingin mengatakan diwaktu yang tepat, tetapi ....” Izumi menggaruk lehernya yang tidak gatal. Fauraza tidak tahan. Ia mengambil langkah untuk keluar dari gedung itu.

“Dia akan baik-baik saja?” tanya Izumi pada Shu. “Jika, dia tidak baik-baik saja, kau yang akan kuhajar.” Shu menyahut.

“Ehh ...,”


Fauraza termenung di area taman. Mungkin, sekarang acara pertunangannya sudah dimulai. Hari ulang tahun paling buruk yang pernah dialami Fauraza. Tiada orang yang mengucapkan tentang ulang tahunnya. Uh, apakah ia terlalu berharap sekarang?

“Fauraza-chan!” Suara yang tidak asing. Izumi? Fauraza menoleh mendapati laki laki itu dengan teman yang lain, bersama seorang wanita cantik dan laki-laki disampingnya yang tidak dikenali Fauraza.

“Kenapa kalian kesini menyusulku? Bukankah acara pertunangannya akan dimulai? Aku hanya mencari udara malam disini.”

“Pertunangannya sudah selesai.”

Sekarang Fauraza berdiri dari tempatnya dan tersenyum, “Wah, selamat ya!” ucap Fauraza. Wanita itu malah mendekati Fauraza, “Pertunanganku dengan pria itu sudah selesai.” Wanita itu menunjuk laki laki disampingnya, mirip seperti Rui.

“Perkenalkan, namaku Masahiko Mio, dan di tunanganku Hans Fansisco.” Fauraza tidak langsung mengerti, kalau sepertinya ia telah bersedih atas kebohongan teman-temannya. Bahkan, reaksi Izumi secara mendadak memeluknya.

“Selamat ulang tahun, Fauraza.”

“Ugh, teganya kalian! Air mataku sia-sia saja, akhirnya,” ucap Fauraza sarkas.

“Maaf,” Izumi memakaikan sebuah cincin yang telah dibelinya bersama Mio kemarin, dijari manis Fauraza, dan gadis itu tersenyum. Ketika lengah, ia menginjak kaki Izumi dengan sangat keras hingga membuat sang empunya kaki mengaduh kesakitan.

“Oh, itu balasan dariku karna perbuatanmu, kau masih harus membayar yang lainnya.” Fauraza berkata.

“Namun, terima kasih juga, sebab kalian masih ingat hari ulang tahunku,” Fauraza tersenyum tulus.

Ia menatap teman temannya yang lain dengan senyuman licik dan tatapan tajam, “Tunggu pembalasan dariku kalian semua,” Fauraza mengatakan. Apapun itu, sepertinya Fauraza sedang memikirkan balasan yang setimpal untuk perbuatan mereka.

'Ya, sudah aku duga. Hari ulang tahun yang cukup berkesan.' Fauraza terkadang memikirkan, kalau bisa saja dikemudian hari. Kalau dia dengan Izumi bisa saja tidak memiliki hubungan yang pasti.

End.


Note! Writing by Ayudia/Akari. @gemini_integra on Wattpad.

Kaneko Ayane belongs to Jiro. Hayashi Akari, Masahiko Mio, Hans Fansisco belongs to Ayudia/Akari.