Kacamata.
Original Fiction.
Batch 8; Day 1 of #MariMenulis 2022.
Langkah kaki yang terhenti, setelah sebelumnya mengamati keadaan ruangan yang dipijaki. Hingga, menjadikan sosok pemuda surai hijau toska itu mengernyitkan alisnya.
Dilihat sebuah kacamata berada di atas sebuah meja, tanpa penggunanya. Namun, ia mengerti bahwa ada pemiliknya.
Hanya saja, yang menjadi masalahnya disini itu adalah mengapa kacamata ini, tak berada didalam tempatnya, dan malah dibiarkan tergeletak begitu saja?
“Oh, Ryu! Kau berkunjung?” tegur seseorang. Segera membuat ia berbalik, menatap figur yang jenis kelaminnya seperti dia.
Hizamara Ryutatsu. Itulah namanya, meski lebih akrab dipanggil sebagai Ryu, dengan alasan lebih pendek saja. Dia pun mengangguk pelan, sebagai jawaban.
Netra birunya melirik penampilan lelaki yang baru saja hadir dihadapannya itu. “Kau selalu meletakan sembarangan kacamatamu, ya?” tanya Ryutatsu.
“Ahaha. Tidak begitu, kok! Ryu-chan, marah?” balas lelaki yang bertanya sebelum itu, Kaitosawa Shuu.
Menghela napas panjang, mengapa sahabatnya ini—sebentar, apakah dia ini sahabatnya?
Selalu saja seperti itu, padahal tahu bahwa mata dia itu cukup mengkhawatirkan untuk penglihatannya.
Mulai mengacak-acak rambutnya, ia sedikit kesal mengenai panggilan nama. “Sudah aku katakan, jangan memanggil dengan nama itu, Shuu.”
Shuu mendekatinya dan mulai duduk bersamaan dengan Ryutatsu. Lantas, akibat hal ini Shuu sedikit mengulas senyum.
Ia kepikiran untuk menjahili Ryutatsu, seraya si korban memberikan kacamata yang dilihatnya itu ke dia.
“Sebegitu buruknya ya, panggilan dariku?” Tampak wajah yang dibuat-buat sedih. Ryutatsu paham bahwa itu hanyalah bualan semata.
“Ya. Sangat.”
“Eh? Aku hanya panggil dengan sebutan Ryu-chan!”
“Kaitosawa Shuu.”
Setelahnya, Shuu benar-benar tertawa puas. Sambil mengenakan kacamata miliknya. Dari netra kuningnya, ia menatap Ryutatsu yang sudah kelihatan cukup kesal.
“Baiklah-baiklah, terima kasih sudah mengingatkan.”