Hate Servant Family.

Orginal Fiction. Day 9 of #OCstober2022.

For him to hate is not right.


Bilamana kejadian tersebut telah tersampai ketelinga majikannya saat ini. Sungguh, dia sangat membencinya.

Beberapa pelayan, telah menyinggung tentang kehidupan seorang pelayan yang tiba-tiba menjadi seorang kepala pelayan, padahal belum lama hadir ke kediaman majikan kecil mereka.

Berat rasanya, tuk menjelaskan. Hal itu malah menambah trauma untuk pelayan barunya. Dia mencoba bertanya, meskipun enggan ia tetap harus mengetahui apa penyebabnya.

Bagaimana pun juga, majikan kecil itu cukup peka, kalau seseorang menatapnya sedikit berbeda. Ya, berbeda kalau dirinya sudah beranjak dewasa nanti, entah apakah ia masih akan peka terhadap sekitar, tiada yang mengetahuinya.

Pelayan baru itu; Reinou. Meski itu bukanlah nama asli, tetapi nama baru dari sang majikan. Ia tidak mempermasalahkannya. Malah sebaliknya, ia cukup menyukai nama tersebut.

Padahal ia baru saja satu bulan memasuki Akademi khusus itu. Tetapi, malah dirinya yang dipilih, ketimbang orang lain yang mungkin cukup handal.

Perbandingan usia terpaut tiga tahun. Saat itu, dia memasuki usia lima belas, sementara majikan kecilnya berusia dua belas tahun.

Kalau dipikir kembali, pelayan tersebut; Reinou itu pernah melewati beberapa tahun untuk tidak bersekolah, karena pemicu traumanya masih terasa.

Alasan mengapa majikan kecilnya selalu memperhatikan dia, adalah karena hal ini. Hizamara Fauraza itu mengkhawatirkan dirinya, sebagai salah satu pelayan dan mungkin saja sahabatnya.

Untuk usia sekitaran itu, Fauraza belum memiliki teman seusianya. Selain itu, kakaknya pula tidak begitu meliriknya karena harus memperjuangkan nilai-nilainya.

Hanya Fauraza yang bisa dikatakan lebih dekat dengan keluarga barunya, seperti pelayan. Dikata kaya, tidak juga. Namun hal itu berupa keharusan. Ya, harus demikian. Tetapi, lupakan saja itu.

“Reinou ... Apakah kau pernah membenci mereka?”

Pelayannya tersentak. Untuk anak usia muda, majikannya bisa dengan mudah mengatakan benci. Meski dengan keraguan, untuk memastikan. Reinou pada akhirnya menggelengkan kepala. Tidak sanggup, dia tidak akan pernah merasa pantas kalau harus membenci keluarganya.

“Saya ... Tidak akan pernah bisa melakukan hal seperti itu, Nona.”

“Mengapa? Apa alasannya? Bukankah mereka telah membuat Reinou, jadi seperti sekarang?”

Pertanyaan beruntun keluar dari majikannya. Rasa perih tertahan dalam hati mungilnya. Dia benar-benar tidak sanggup. Mengapa juga ada pelayan lain mengumbar asal-usul kehidupan dirinya? Berpikir pula, apakah tiada privasi antar pelayan ataupun pelayan dan majikannya?

Reinou berucap yakin, “Karena mereka adalah keluarga pertama saya, Nona. Sebelum akhirnya saya diusir dan diadopsi kembali,” jelasnya.

Dia yang masih berusia muda itu, menangis. Semakin berada di tempat ini, ia jadi merindukan keluarganya. Meski tak pernah kepikiran, jawaban seperti apa yang dikatakan oleh Reinou saat itu.

“Kalau begitu, aku akan membenci mereka untukmu.”

Reinou merasa kebingungan. Pelayan di kediaman pun tak ingin ambil pusing, mereka seolah membiarkan urusan tersebut diatasi oleh dirinya seorang. Apakah itu aturan di kediaman ini? Ia tidak mengetahuinya secara pasti.

Dengan ragu, Reinou mencoba mengusap air mata yang mengalir diwajah majikannya. Akibat sudah memasuki usia itu, Fauraza ikut memahami dan mengerti betapa sulitnya kehidupan yang dialami oleh Reinou seorang diri.

“Tetapi, Nona ... membenci itu adalah hal yang tidak dibenarkan.”

Fauraza mendekap kedalam pelukan Reinou, tanpa permisi. Ia menyembunyikan rasa malunya. “Aku tahu, tapi aku ingin melakukan hal itu untuk Reinou.”

Reinou yang tersentak, dia hanya bisa menatap kelakuan majikan kecilnya ini. Perbandingan tinggi tidaklah begitu jauh, jadi Reinou masih bisa mengelus kepalanya Fauraza, setelah mendapatkan persetujuan dari sang empu.

Momen yang sangat mengharukan, hanya sekedar tuk membenci seorang keluarga pelayan.