Coffe.

Toraishi Izumi × Reader. #StarMyu Fanfiction.

Day 21 of #SimpTember 2021.


“Astaga, [Name]-chan!”

Menatap dari ekor mata mendapati sosok sang kekasih. Dengan tatapan biasa saja, ia malah kembali fokus pada tangan yang memegang ponsel. Belum lagi digoyangkan beberapa kali, tak mau menatap kemudian.

Mendecak, ia tak mau diganggu. Raut kesal terlihat disana. Namun yang ia lihat berupa mimik khawatir, benar dia tahu bahwa figur dihadapan mengkhawatirkan dirinya.

“Jangan berteriak seperti itu, menyebalkan.”

Dengan suara terdengar lirih, tangan mengelus rambut [Name]. Untuk saat ini, sosok tersebut berada disampingnya. Telah duduk berada didekat ia. “Astaga. Sudah berapa lama kamu seperti ini?”

Tiada jawaban terdengar sebelum akhirnya, gadis tersebut kembali merampas secangkir kopi yang biasa menjadi teman dikala seperti ini. “Sudah semenjak itu,” cicitnya.

Tidak enak merupakan sesuatu yang dialami pria ini. Dia melupakan fakta hubungan ia dengan [Name] belum sampai ke sang Ibu. Bergelar status pasutri, akibat suatu kejadian tak terduga mereka diawal cukup tak bersahabat.

Namun ternyata, inilah akhirnya. Fakta akan mencintai sosok yang telah kian lama pergi. Lagipula gadis itu sudah sendiri, berniat menemani tapi lelaki tersebut cukup was-was bila tak kembali.

“Kamu mulai menyukai ku?”

Baru saja ia menyesap kopi yang dia ambil, membuat tersedak setelahnya ketika mendengar ucapan wujud dihadapan.

”... Entahlah,” gumam [Name].

Dengan tangan sosok lelaki itu, Toraishi Izumi menepuk-nepuk pelan bagian belakang [Name]. Guna bisa membuat lebih baikan.

“[Name]-chan, jangan bilang seperti itu dong! Aku mengkhawatirkan kamu, lho. Oh ya, aku sudah memberitahukan hal ini kepada Ibu. Dia akan datang, mmm malam ini? Ah,”

“Hah?”

Belum selesai menyelesaikan ucapan, [Name] memotong percakapan dari Izumi. “Tidak apa-apa, 'kan? Lagian, Ibu juga sudah diberitahu sama Shu. Itu menyebalkan, bahkan tak segan-segan tadi. Eh?”

Tangan menyentuh permukaan wajah milik Izumi, ekspresi kaget tercetak jelas bak printer yang mencetak gambar. “Jadi ini ... bekas perkelahianmu, dengan Ibumu?”

Dia tak lagi menyesap kopi, dan kopi sudah berada ditangan Izumi. “Begitulah,” katanya seraya meminum kopi buatan [Name] yang tersisa. Berujung pukulan mendarat pada kaki.

“Kenapa kau malah meminumnya?!”

Dengan segala penekanan [Name] berteriak seperti itu. Syukur sedang tidak ada tetangga stay. Bisa bahaya bila terdengar seperti itu, walau sudah tahu hubungan keduanya ini.

“Sudah larut, tidak baik buatmu tuk terjaga. Ayo segera tidur.”

Mengabaikan pemberontakan dari [Name], Izumi menggendong tubuh gadis itu. Menuju ke kamar [Name]. Hanya terdengar decakan kesal yang terpasti dengan jelas.

“Kau kenapa tidur disini? Pergi sana!”

“[Name]-chan, sudah aku bilang. Kita sudah menikah, jadi ini bukanlah masalah.”

Mengecup pelan helai milik [Name], untung saja posisi [Name] sedang membelakangi Izumi. Tidak bisa dibayangkan betapa memerahnya wajah ia sekarang.

Tentu karena bisikan tadi, merasa geli akibat napas menyeruak masuk ke telinga. Sensasi hangat maupun sesuatu yang ia inginkan telah merasuki.

“Tidurlah, kalau tak bisa tidur besok aku akan seperti ini lagi. Masalah kopi aku sengaja,” lirihnya diakhir malah terdengar jelas ditelinga [Name].

Benar, hal itu menjadikan bahwa Izumi telah terhuyung ke dalam dunia mimpi. Sesekali menghirup harum yang berasal dari [Name]. Sebuah senyuman kecil tersedia diwajah.

Kopi ku ....